Menerima Lupa
Oleh :
Miranda F., S.Pd.
Lupa adalah sifat fitrah yang ada dalam diri manusia.
Terkadang sifat tersebut sangat mengganggu dalam aktivitas keseharian. Hal-hal
yang kecil dan dianggap sepele pun sering dilupakan. Misalnya, lupa menaruh
barang, lupa jalan, lupa nama seseorang, dan lainnya. Sehingga sifat lupa
menjadi hal yang tidak menyenangkan bagi seseorang.
Harus disadari bahwa sifat lupa juga anugerah dari
Tuhan. Lupa juga bisa menghapus luka yang ada di pikiran dan di hati. Ketika
ada situasi yang tidak menyenangkan, menyakitkan, angan-angan, ambisi, obsesi,
bahkan trauma, secara alamiah hal tersebut pasti tertanam dalam pikiran. Lama
kelamaan akan menjadi boomerang bagi diri sendiri. Pada akhirnya pikiran
menjadi kacau, stres, dendam, maupun sakit hati.
Maka dari itu, Tuhan menitipkan sifat lupa kepada
manusia agar pikiran stabil dan hati tidak terbebani. Ibarat kertas yang
ditulis dengan tinta, dihapus dengan penghapus. Seperti teknologi pada sebuah
komputerpun memiliki menu delete.
Hakikatnya lupa itu harus ada pada diri manusia agar
menjadi tameng dari hal-hal keduniawian (ambisi ingin mempunyai dan menguasai)
yang menjadi hijab atau penghalang dari mengingat siapa yang menciptakan diri,
yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala. Belajar lupa agar selalu mengingat-Nya.
Dari pengalaman hidup yang aku jalani, aku merenungi
dan memahami dibalik sifat lupa begitu besar manfaat yang dirasa. Memang tidak
mudah berdamai dengan diri sendiri. Tetapi dengan tekat dan proses yang
panjang, semua permasalahan yang dihadapi pasti dapat dilalui dengan ringan.
"Ya Tuhanku, apabila sifat lupa yang ada pada
diri ini baik bagi hamba, maka tambahkanlah kelupaan ini. Agar hamba terus
selalu mengingat-Mu di setiap hela napasku, duhai Tuhan yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang"
Hikmah : Sifat lupa manusia dalam diri manusia dapat diambil pelajaran
bahwa segala sesuatu yang membebani hati dan pikiran bisa dilupakan dengan jalan
ikhlas.