Seperti game Bounce
Jam
menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Di luar masih ramai
kendaraan yang lalu lalang. Maklumlah, rumah Win hanya berjarak tiga
belas meter dari jalan raya besar. Di
kamarnya yang menjadi tempat ternyaman di dunia. Sambil memainkan
permainan "Bounce" di komputer, Win dengan cekatan memainkan mouse,
memindahkan bola warna-warni tersusun dan hancur supaya mendapatkan
bonus poin yang banyak. Sudah beratus kali ia memainkan permainan itu.
Sebenarnya, ia tidak sedang menikmati permainan tersebut. Malam itu ada
sesuatu yang dipikirkannya.
Sepertinya
permainan tersebut memberinya inspirasi. Untuk memecahkan masalah yang
seringkali dijumpainya. Terkadang lagu lama dari kaset rusak pun masih
terngiang di ingatan. Terlalu lama Win memendam rasa yang sebenarnya
tidak ingin di ingatnya lagi.
Sejak peristiwa tadi sore memaksa perasaan itu datang lagi. Rasa benci yang teramat dalam. Bahkan lebih.
Mengapa selalu saja ada penilaian yang bukan-bukan?Belum tentu apa yang dilihat, sama seperti yang disangka
Begitu sempitkah pikiran?
Atau semurni apakah hati seorang manusia menilai buruk seseorang
Dengan mudahnya?
Apakah ia juga tidak memiliki sifat buruk dari dalam dirinya?
Benar kata pepatah ”Gajah di pelupuk mata tidak terlihat,
Semut di ujung dunia sangat nampak”
Terlalu munafik untuk tidak mengakui kelemahan diri sendiri!!!
Sejak peristiwa tadi sore memaksa perasaan itu datang lagi. Rasa benci yang teramat dalam. Bahkan lebih.
Mengapa selalu saja ada penilaian yang bukan-bukan?Belum tentu apa yang dilihat, sama seperti yang disangka
Begitu sempitkah pikiran?
Atau semurni apakah hati seorang manusia menilai buruk seseorang
Dengan mudahnya?
Apakah ia juga tidak memiliki sifat buruk dari dalam dirinya?
Benar kata pepatah ”Gajah di pelupuk mata tidak terlihat,
Semut di ujung dunia sangat nampak”
Terlalu munafik untuk tidak mengakui kelemahan diri sendiri!!!
Permainan
Bounce sebagai tempat pelampiasan Win yang sedang dirundung masalah.
Anehnya, setiap memainkan permainan itu bila dalam kondisi tertekan, Win
malah mendapat poin yang lebih dari biasa. Konsentrasi Win meningkat
seiring masalah yang dihadapinya. Seakan menemukan pemecahan, ia
tersenyum dan keheranan sendiri. Koq bisa ya? Padahal kalau dalam
kondisi normal (tenang-tenang aja), mana mungkin ia dapat memainkan itu
sampai level yang tinggi. Kadang pada tahap level tiga saja, Win sudah
kewalahan dan game over.
Sayup-sayup alunan lagu Easy-nya Faith No More dari speaker kecil, membuat hatinya merasa tentram. Pikirannya kembali tenang.
Easy….easy like Sunday morning…
Benar
juga, kenapa juga berat-berat memikirkan masalah yang telah terjadi,
toh semua ada yang mengatur dan memang harus dijalani. Pasrah dengan
keadaan tetapi tetap berusaha untuk memperbaikinya.
Sungai Ulin, 21/06/2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar